Senin, 24 Oktober 2011

Flash Fiction (#3)

Libur telah berakhir... Dan akupun harus memulai mengisi hari-hariku dengan hal-hal yang sekiranya akan membuat otakku meledak... Hmmm, memang suatu hal yang sangat ku benci. Apalagi, dalam kepenatanku itu tidak ada suatu penghibur seperti tahun-tahun sebelumnya. Bingung... bingung,,, bingung,,, Kenapa orang-orang di sekitarku mendadak menjadi monster yang sok lucu tapi menyebalkan. Kemana lagi harus ku cari tawa yang dulu selalu mengiringi hari-hariku? Aku tahu, aku sudah menemukan jawabannya... Tapi sayang, aku tidak bisa menatap mereka setiap saat  karena jarak dan urusan kita masing-masing. Lalu di saat aku jauh dari mereka, siapa yang akan mengobati rasa lelahku setelah aku berjuang keras meraih mimpi? Aku sadar, di sisiku banyak sekali manusia-manusia yang bisa menjadi obatku itu... Tapi sayang, mereka tidak bisa... Mereka tidak bisa seperti malaikat-malaikatku yang selalu membuatku tersenyum, dan mungkin lebih tepatnya tertawa. Tuhan... Aku mohon... Berikan aku penawar penat yang selalu setia ada di sisiku seperti malaikat-malaikat titipan-Mu yang sayangnya kini harus jauh dariku. Aku rindu akan jiwaku yang dulu, yang selalu memancarkan raut bahagia tanpa suatu beban apapun walau sebenarnya masalah sedang mendera. I need something funny.
Desaku tercinta Wingkoharjo, 21 Maret 2011
Ayu Restuti