Senin, 24 Oktober 2011

Flash Fiction (#1)

Entah karena aku kurang bersyukur atau aku yang selalu bertindak bodoh sehingga tahun ini dunia terasa hancur. Aku tidak bisa membayangkan 30 hari ke depan. Di hari yang seharusnya sangat spesial bagiku, aku tidak yakin akan mendapat suatu keistimewaan di hari itu seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan aku merasa belum atau bahkan tidak akan siap menerima hal semacam itu. Terkadang rasa sakit itu dengan tiba-tiba menyelinap ke dalam tubuh ku. Dan hati kecilku ini terlalu sakit untuk menerimanya. Aku belum pernah menemui hal sesulit ini dalam hidupku. Aku ingin kembali seperti dulu, yang selalu tertawa setiap harinya dengan malaikat-malaikat yang kini jauh dariku. Andaikan aku bisa meminta, aku tidak ingin jauh-jauh dari mereka. Aku ingin setiap saat selalu berada di sisinya. Tapi, kini takdir telah memutuskan bahwa aku memang harus jauh dari mereka. Dan aku yakin, ada maksud tertentu dengan apa yang ditakdirkan oleh Tuhan. Supaya aku lebih mengenal malaikat-malaikat lain mungkin? Atau supaya aku mempunyai kekuatan yang lebih super derngan malaikat-malaikat yang baru itu? Entahlah, tapi saat ini aku harus banyak-banyak bersyukur karena saat malaikat penyejuk hatiku pergi menjauh, setidaknya aku masih memiliki malaikat-malaikat yang selalu menghadirkan tawa di sela-sela hati yang kini sangat sesak oleh rasa perih. Terima kasih Tuhan.

Desaku tercinta Wingkoharjo, 18 Maret 2011
Ayu Restuti